Mafaat Hipnotis sendiri



Hypnosis adalah bentuk komunikasi persuasif yang memanfaatkan fenomena trance.

Fenomena trance adalah fenomena normal dan alamiah, yang sebenarnya dialami oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, yaitu fenomena di mana seseorang sedang sangat fokus pada sesuatu hingga tingkat ke-awas-annya terhadap hal lain di sekitarnya menjadi berkurang. Misalnya, ketika seseorang sedang menonton film, mendengar lagu, membaca novel, atau menyaksikan pertandingan sepak bola.

Di dalam hypnosis, fenomena trance diperkuat fokusnya begitu rupa, sehingga pikiran seseorang menjadi hiper fokus pada suatu konsep atau pemikiran, berdasarkan dan mengikuti sugesti atau masukan yang dikomunikasikan. Di dalam trance, seseorang menjadi lebih mudah menerima nasihat dan masukan.

Sementara orang mengatakan bahwa hypnosis adalah cara berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar atau alam bawah sadar seseorang. Apa itu pikiran sadar dan alam bawah sadar? Silahkan baca uraian ini: http://goo.gl/QLNOM

Lebih dari sekedar berpeluang menjadi seorang terapis (hypnotherapist), entertainer (stage hypnotist), atau trainer (hypnosis trainer), manfaat terbesar dari hypnosis justru diperuntukkan bagi si pembelajar hypnosis itu sendiri. Sebab:

"There is no such thing as hypnosis, only self-hypnosis."

Ketika seorang hypnotist melakukan hypnosis "terhadap" orang lain (klien), sesungguhnyalah hypnotist itu sedang membimbing sang klien melakukan self-hypnosis untuk dirinya sendiri. Orang yang tidak mau "dihypnosis", tidak akan bisa "dihypnosis".

Ketika seseorang sedang melakukan "self talk", alias sedang berbicara kepada diri sendiri, alias sedang terjadi percakapan di dalam diri sendiri, salah satu dari pihak yang berbicara itu adalah pikiran bawah sadar.

PERCAYALAH, bahwa ketika kita sedang berusaha meyakinkan diri sendiri tentang segala sesuatu, kita sebenarnya sedang melakukan self-hypnosis dengan segala variasi dan tingkatannya. Maka, jika selama ini kita hanya SEKEDAR MELAKUKANNYA BEGITU SAJA, adalah lebih baik lagi jika kita menggunakan cara dan metode yang lebih akrab, lebih ramah, lebih mengerti, lebih paham, dan lebih mengenali diri sendiri. Cara dan metode itu adalah teknik berkomunikasi dengan diri sendiri alias self-hypnosis.

Sebagian besar dari gangguan, hambatan, kendala, dan penyakit, baik yang bersifat fisik maupun mental, didominasi atau setidaknya diawali oleh fenomena-fenomena mental alias internal yang terjadi di dalam pikiran dan perasaan seseorang.

Langkah perbaikan dan bahkan penyembuhan, dapat dilakukan dengan memperbaiki semua fenomena mental atau internal itu.

Note: Hypnosis tidak diposisikan menjadi substitusi bagi perlakuan medis, melainkan melengkapi atau menjadi alternatif.

Berapa banyak dari perilaku kita, yang kita anggap buruk dan merugikan diri sendiri? Berapa banyak dari perilaku kita itu, yang beroperasi, teraktivasi, dan berfungsi seolah-olah tak mampu kita kontrol lagi? Berapa banyak dari perilaku kita itu yang terjadi begitu saja, untuk kemudian kita sesali belakangan?

Berapa banyak keyakinan kita yang kita sadari baik atau buruk bagi diri kita sendiri? Berapa banyak yang tidak kita sadari?

Berapa besar keinginan kita untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dengan segala sikap dan keyakinan yang menumbuhkan dan membesarkan ke arah yang kita inginkan? Berapa sering itu semua hanya tinggal sekedar keinginan dan harapan, seolah kita benar-benar tak mampu menjadikannya sebagai kenyataan kehidupan?

Berapa besar kemauan kita untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan intelejensia kita? Berapa besar kita ingin makin mudah mengingat segala sesuatu? Berapa besar keinginan kita untuk makin efektif dan makin efisien sebagai pembelajar?

Bagaimana kita bisa mencari solusi untuk semua ini?

Berbagai perilaku dan kebiasaan alias habits and behaviours yang merugikan:

- Rasa takut yang berlebihan,
- Phobia yang sangat mengganggu kehidupan,
- Ketakutan akan jarum suntik secara tak beralasan,
- Respon perilaku yang salah saat berhadapan dengan sebuah situasi,
- Kebiasaan mengutil dan mencuri yang memalukan,
- Terlalu peka pada rasa sakit yang parah,
- Ketidakmampuan untuk mengalihkan rasa sakit,
- Pola makan yang salah hingga mengalami kegemukan, darah tinggi, serangan jantung,
- Terlalu mudah panik dan cemas.

Program perbaikan diri alias self-improvement yang gagal:

- Kelebihan atau kekurangan dari berat badan yang ideal,
- Kebiasaan menggigit kuku atau menggaruk yang memalukan,
- Gagap dan "tic" yang keterusan,
- Sulit berhenti merokok,
- Kebiasaan menghisap jempol,
- Kebiasan mengompol hingga dewasa,
- Rasa percaya diri yang terus jatuh dan tak tumbuh,
- Stress yang berlebihan mengarah ke depresi,
- Ejakulasi dini yang merusak hubungan suami-istri,
- Reaksi alergi yang berlebihan.

Kemampuan intelektual yang "terlalu standar":

- Kesulitan membaca dan menulis,
- Kesulitan berkomunikasi,
- Daya ingat dan daya hafal yang rendah atau menurun drastis,
- Kemampuan "seni" yang kurang teraktivasi,
- Gaya hidup yang terlalu serius dan kurang rileks,
- Pola tidur yang rusak parah dan mengganggu kesehatan,
- Tingkat konsentrasi yang rendah atau menurun,
- Penyembuhan yang terlalu lambat,
- Terhentinya pertumbuhan kemampuan belajar.

Program pertumbuhan diri alias self-growth yang terganggu:

- Keterlanjuran memilih dan menetapkan keyakinan,
- Keyakinan yang merugikan diri sendiri,
- Ketidakmampuan mengantisipasi masa depan,
- Terjebak pada masa lalu yang suram dan menyedihkan,
- Persepsi diri yang buruk dan negatif,
- Ketidakmampuan menciptakan perilaku untuk esok hari,
- Kegagalan memperbaiki hubungan baik dengan pasangan dan orang lain,
- Rendahnya motivasi diri,
- Kegagalan mendongkrak unjuk kerja dalam karir atau olah raga,
- Menurunnya daya tahan berhadapan dengan berbagai situasi,
- Kegagalan "membayangkan" masa depan,
- Kegagalan menetapkan sasaran dan tujuan (goal setting),
- Tak kunjung bebas dari nuansa berkabung,
- Kemarahan dan emosi yang tak terkontrol,
- Rasa malu yang tak kunjung hilang,
- Rasa malu yang berlebihan dan tak beralasan.
- Kegagalan dalam memaafkan diri sendiri dan orang lain.

Kemanakah kita akan mencari solusi untuk semua itu?

Solusi untuk semua itu tidak hanya berasal dari "luar", tapi lebih dari itu sumber daya utamanya adalah dari "dalam".

Obatnya bukan hanya "chemical substance", lebih dari itu obat utamanya adalah "mental chemistry" di dalam diri sendiri.

Sadar atau tidak sadar, bagi segala kendala, hambatan, penyakit, dan kelemahan yang sumbernya adalah mentalitas, kita meyakini bahwa obat terbaiknya adalah diri sendiri. Siapapun bisa memberi masukan, siapapun bisa menasehati. Siapapun bisa menawarkan obat dan solusi, siapapun bisa menganjurkan cara dan strategi. Nyaris semua nasihat dan anjuran itu, akan bermuara di sini: kekuatan tekad, kemauan, dan komitmen pribadi.

Sungguh benar, jalan keluar terbaik bagi semua persoalan itu adalah tekad yang kuat, kemauan yang besar, dan komitmen pribadi yang tinggi. Pertanyaannya, bagaimanakah kita bisa membangun semua itu menjadi efektif dan efisien?

Ketika kita menyadari bahwa menyikapi, memutuskan, dan melakukan sesuatu itu ternyata menuntut tekad yang kuat, kemauan yang besar, dan komitmen pribadi yang tinggi, sesungguhnyalah ini yang sedang terjadi: kita sedang bergelut dengan diri sendiri. Itu sebabnya, tekad, kemauan, dan komitmen seringkali begitu lemah dan dianggap tidak cukup kuat untuk mengeluarkan diri seseorang dari masalah. Sebab, ia gagal menaklukkan dirinya sendiri. Sikap kritis yang tidak tepat di dalam dirinya, telah menggagalkannya.

Tekad, kemauan, dan komitmen, hanya akan menjadi efektif dan efisien, jika "perlawanan dari dalam" bisa ditekan sampai ke tingkat yang paling rendah. Untuk itu, seseorang harus pandai-pandai mempersuasi dan meyakinkan diri sendiri, tentang segala upaya yang secara sadar dilakukannya.

Salah satu cara terbaik untuk mempersuasi dan meyakinkan diri sendiri, adalah melakukan self-hypnosis.

Semoga bermanfaat.

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
Penulis Buku "Manajemen Pikiran Dan Perasaan

0 Response to "Mafaat Hipnotis sendiri"

Post a Comment

wdcfawqafwef