Thursday, 31 May 2012
Meramal dan membaca Fenomena
Melihat suatu fenomena sekarang memang seru. Fenomena berarti sesuatu yang dianggap menarik perhatian orang banyak karena itu adalah hal yang langka terjadi atau terulang-ulang beberapa waktu kedepannya. Saya tidak akan menyebutkan contoh fenomena yang terjadi sekarang, karena setiap orang punya persepsi masing-masing tentang suatu hal yang dianggap fenomena.
Apakah bencana alam termasuk fenomena juga? Bisa dibilang iya. Karena, bencana alam adalah kejadian luar biasa yang dialami oleh kehidupan dan manusianya. Fakta sekarang ini bencana dimana-mana dan memakan banyak korban jiwa. Dengan fakta seperti itu seharusnya manusia bisa mengetahui akan datangnya bencana sehingga korban tewas bisa dikurangi.
Lalu bagaimana cara mengetahui akan kedatangan sebuah bencana? Zaman sekarang sudah modern, sehingga peralatan ciptaan manusia pun juga canggih, termasuk mengetahui akan ada bencana. Namun, peralatan canggih sudah ada, kenapa bencana masih menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.
‘Fenomena’ ini membuat saya membandingkan dengan mundur sejenak beberapa ribu tahun yang lalu. Ketika itu para pemikir, raja dan pujangga sudah bisa meramalkan apa yang terjadi kedepan, bahkan ramalan itu masih berlaku hingga saat ini.
Buat orang sekarang, mendengar kata ramalan sudah pasti dikaitkan dengan klenik, bid’ah, haram dan masih banyak lagi. Ya sekali lagi, pendapat mereka juga tidak bisa disalahkan. Karena itu disesuaikan dengan persepsi atau pola pikirnya.
Kembali ke masa lalu, ada beberapa tokoh yang sudah meramalkan apa yang terjadi kedepannya. Sebut saja Raja Prabu Jayabaya dengan Jangka Jayabaya nya, Raden Mas Ngabehi Ronggowarsito tentang kemunculan zaman edan hingga para pujangga pembuat tokoh wayang beserta karakternya, yang ternyata karakter wayang itu masih berlaku bagi manusia modern sekarang ini.
"Ah, ramalan itu kan melawan kehendak Tuhan?" Ada beberapa orang yang berpendapat seperti itu. Mungkin kalau kita masih hidup di zaman dulu, bisa saja beranggapan seperti itu dan lebih-lebih menganggap mereka adalah dukun atau orang sakti.
Disinilah pentingnya belajar sains atau ilmu pengetahuan, yang bertujuan mengungkap fenomena dimasa lalu. Mengapa mereka bisa meramal? Dr. Karl Pribarm, seorang ahli bedah otak, menemukan bahwa otak manusia memuat bayangan alam semesta, hampir sama dengan proses holografik. Dia mengatakan bahwa pikiran manusia terhubung dengan konsep alam semesta dan menerima informasi dari alam semesta.
Bahasa gampangnya adalah, manusia itu punya gelombang otak (Brainwave), emosi serta perasaan dan alam semesta juga punya gelombang, emosi dan perasaan. Saya percaya, apapun yang diciptakan Tuhan pasti punya gelombang, emosi dan perasaan. Apa jadinya jika gelombang otak manusia dan alam semesta terhubung? Maka manusia akan tahu apa yang terjadi di alam semesta. Jika sudah begitu, manusia tahu apa yang terjadi berikutnya di alam semesta. Tapi semua itu bisa terjadi jika Tuhan menghendaki dan tujuannya untuk sesama manusia.
Kitab Suci sebagai petunjuk dari Tuhan pun juga sebenarnya berisi ramalan. Apapun kitab Sucinya. Kok bisa begitu? Tuhan pasti sudah menitahkan dan menuliskan apa yang akan terjadi dikehidupan melalui kitab suci dalam bentuk bahasa general, lambang atau simbol. Nah, sudah menjadi tugas manusia untuk memaknakan apa yang menjadi simbol atau pertanda dari Tuhan. Maka jangan heran kalau tiap orang bisa menafsirkan suatu ayat dengan bermacam-macam tafsiran. Disinilah pola pikir manusia digunakan untuk mengartikan simbol Tuhan. Cara nya dengan suatu alat yang namanya sains atau ilmu pengetahuan. Sains membuat manusia menjadi sangat modern dan canggih. Ditambah dari referensi Kitab Suci, maka menjadi manusia modern sekaligus wakil Tuhan di muka bumi.
Kesimpulannya, saya tidak sepakat dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa bencana terjadi karena Tuhan murka, ujian dari Tuhan atau Tuhan sedang menghukum suatu bangsa. Ini terkait dengan hukum keseimbangan. Alam menjadi marah karena ulah dari manusia itu sendiri. dan pasti ada penjelasannya di semua Kitab Suci. Selain itu, omong kosong kalau Tuhan zalim kepada semua ciptaan-NYA. Seribu persen Tuhan sudah sangat adil terhadap manusia dan kehidupan, hanya manusianya saja yang tidak pandai bersyukur.
Tabik
Sumber : Heri prasantyo
0 Response to "Meramal dan membaca Fenomena"
Post a Comment