Sehelai kertas putih..ternyata kita bisa menulis nasib kita sendiri

In memoriam of Prof. Steadler (Dean of Applied Psychology & Hypnotherapist San Francisco State university (1924-2009))

Saya mendapat kabar dari sahabat saya bahwa salah seorang profesor favorit saya telah berpulang di usia 85 tahun baru baru ini, dikediamannya di San Fransisco. Seorang guru besar SFSU dalam bidang aplikasi psikologi & hypnotherapist dimana penulis pernah menjadi muridnya selagi bersekolah di SFSU tahun 1985-1989.

Seorang yang dihormati karena banyak karyanya di angkat diberbagai media dan hasil reseachnya menjadi acuan diberbagai universitas di Amerika. Spesialisasinya adalah “kekuatan pikiran & micro expression”. Dalam sebuah tulisannya dia memberikan kisah dari seorang pasiennya sebagi berikut...

MENULIS ULANG KEHIDUPAN
Pada suatu hari, hiduplah seorang wanita berusia kurang lebih 30 tahun, menikah, dan memiliki dua orang anak. Dia dibesarkan di sebuah rumah yang didalamnya dia terus-menerus dikritik dan terkadang diperlukan tidak adil oleh kedua orangtuanya. Akibatnya, dia memiliki perasaan rendah diri yang parah dan kepercayaan diri yang rendah.

Dia selalu bersikap negatif dan diliputi oleh perasaan takut, dia tidak punya rasa percaya kepada dirinya sendiri sama sekali. Dia adalah seorang yang pemalu dan tertutup, dan tidak pernah menganggap dirinya berguna dan berarti. Dia selalu merasa bahwa dia tidak ada apa-apanya.

Suatu hari, ketika dia hendak pergi ke toko dengan mengendarai mobilnya, sebuah mobil lain melanggar lampu merah dan menabrak mobilnya. Ketika dia akhirnya tersadar dari pingsang, dia sudah berada di rumah sakit, menderita gegar otak ringan, dan kehilangan daya ingat. Dia masih dapat berbicara, tetapi dia tidak dapat mengingat apa pun tentang kehidupannya yang lalu. Dia menderita amnesia total.


Pada mulanya, dokter-dokter yang merawatnya menganggap bahwa penyakit yang dia derita hanya akan bersifat sementara. Namun, minggu demi minggu berlalu tanpa ada tanda-tanda ingatannya akan kembali normal. Suami dan anak-anaknya mengunjunginya setiap hari dirumah sakit, tetapi dia tidak mengenali mereka. Kasusnya merupakan sesuatu yang tidak biasa ditemukan sehingga para dokter dan spesialis yang lain pun kemudian berdatangan menjenguknya. Mereka melakukan berbagai pengujian terhadap dirinya, dan mengajukan berbagai pertanyaan tentang keadaannya.


Pada akhirnya, dia diperbolehkan “pulang dengan memori yang benar-benar kosong”. Karena sangat ingin memahami apa yang sesungguhnya terjadi terhadap dirinya, dia kemudian mulai membaca berbagai buku kedokteran dan mempelajari secara khusus tentang amnesia dan kehilangan daya ingat.


Dia menemui beberapa orang spesialis untuk berbincang-bincang (salah satunya Prof. Steadler). Akhirnya, dia membuat sebuah tulisan tentang kondisi kesehatannya itu. Tidak lama setelah itu, dia diundang untuk bebicara dalam sebuah konvensi kedokteran dan membawakan makalah yang dia tulis, menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan kepadanya tentang amnesia yang dia derita, dan berbagai pengalaman serta ide-ide baru dalam fungsi-fungsi neurologist.


Selama periode tersebut, terjadi sesuatu yang sangat menakjubkan. Dia berubah menjadi seseorang yang benar-benar baru. Semua perhatian yang dia terima, baik di rumah sakit maupun setelahnya, membuat dia merasa berharga, merasa penting, dan merasa benar-benar dicintai oleh keluarganya. Perhatian dan penghargaan yang dia terima dari profesi kedokteran telah meningkatkan self-esteemnya dan penghargaan atas diri (self-respect)nya menjadi jauh lebih tinggi. Dia menjadi seorang wanita yang benar-benar positif, percaya diri, ramah, pandai berkomunikasi, berpengetahuan luasa, dan banyak diminta untuk berbicara serta memiliki kemampuan dalam bidang profesi kedokteran.


Semua ingatan tentang masa kecilnya yang negative telah habis terhapus. Rasa rendah dirinya juga telah hilang. Dia menjadi seseorang yang baru. Dia telah mengubah cara berpikirnya, dan mengubah kehidupannya.
 
Sumber : Mradigu wp

0 Response to "Sehelai kertas putih..ternyata kita bisa menulis nasib kita sendiri"

Post a Comment

wdcfawqafwef